Suasana Masa aksi berjalan kaki menuntun
pemerataan dana otsus bagi oap menuju kantor MRP Provinsi Papua Barat. Doc/Pri
EnaiBo/KERPOST
Manokwari,KERITING POST I Puluhan Massa dari Forum Independen Mahasiswa (FIM) Manokwari, Forum
Solidaritas Mahasiswa (FSM), AWEPA dan puluhan rakyat peduli pendidikan bagi Papua mengelar aksi damai menuntut "Gratiskan Pendidikan dari tingkat
PAUD-Perguruan Tinggi serta Stop Militerisme dalam Pendidikan.
Masa
aksi menyebar dibeberapa titik kumpul pertama, Gerbang Utama UNIPA, Lampu merah
Wossi, dan Lampu merah makalo. Masa aksi mulai longmarch dengan berjalan kaki menuju kantor MRP
Provinsi Papua Barat tepat pukul 10 : 00 WIT. Aksi berakhir dengan pembacaan statement oleh Korlap, Peu Yoka pada pukul 14 : 15 waktu setempat.
Ketua FIM Arnol Yali mengatakan, implementasi pemerintah dalam pengambilan kebijakan di tanah papua dalam
bidang pendidikan masih minim. Mengapa sedemikian, pemerataan dana otsus tidak
di pergunakan baik menunjang pendidikan generasi papua yang ada, ada pergunaan
dana otsus di bidang pendidikan namun hanya berkisar 10%. Sepuluh persen (10%)
inipun di gunakan oleh pemerintah hanya kepentingan individu dalam arti
distribusi mahasiswa maupun pelajar keluar negeri hanya saja memiliki hubungan
keluarga sedangkan kami putra/ri yang di pandang sebelah mata", bebernya.
Yali dengan tegas menambahkan, dalam penerapan pelaksanaa Otsus tak sesuai harapan anak asli papua. Banyak terjadi ketimbangan sehingga otsus dijadikan lahan kepentingan individu alis tidak merata. Maka, Yalli dengan tegas meminta kepada Republik agar memberikan hak penentuan nasib sendiri bagi orang asli papua sebagai solusi,tegasnya.
"jika pemerintah atau birokrat yang menangani hal
tersebut masih saja bekerja seperti demikian, akan kemana nasib generasi papua yang
sedang menempuh pendidikan di atas tanah papua. Mahasiswa atau pelajar yang di
kirim ke luar negeri jika di lihat dari sisi pendapatan ekonomi keluarga mampu dan mendapatkan bantuan dari pemerintah kurang lebih 45 juta/bulan, sedang kami
yang orang tuanya hanya pedagan, peramuh, buruh, dll di biarkan menderintah
diatas tanah kami sendiri. Pergunaan dana otsus berjalan sedemikian dengan
tegas kami meminta pemerintah memutuskan otsus ke tanah papua dan kembalikan hak
kami oap secara utuh", tegasnya.
Pada kesempatan yang sama pula, Koordinator Lapngan, Peu Yoka menuturkan adanya militerisme
dalam dunia pendidikan sangat mengganggu aksebilitas proses belajar mengajar.
Di papua ada beberapa daerah terpencil dimana dengan medan yang kurang menunjang
menjadi alasan utama pemerintah memperalat militer mengajar di beberapa sekolah
SD, SMP dan SMA. Selain itu militerisme pun kian meraja di lingkup kampus
salah satu contohnya adalah organisasi mahasiswa Unipa yang mendirikan Sebuah
organisasi mahasiswa di bawa naungan militer", tandasnya.
lanjut Yoka, stop militerisme di bidang
pendidikan terlebih khusus di sampaikan kepada pihak academisi
universitas Papua Manokwari, pimpinan unipa harus sadar bahwa mahasiswa berdiri
independen . tidak satupun organisasi yang
mengintervensi wadah atau organisasi mahasiswa unipa", tegasnya.
Secara kasat mata kita
melihat bahwa sumber daya alam (SDM) papua sudah menyiapkan segalanya bagi kami
oap namun, pemanfaatan SDM tersebut belum secara utuh di rasakan oleh oap,
terlebih khusus di bidang pendidikan. Apa guna dana otsus bagi oap papua bila
otsus hanya menjadi sebuah akses pembunuh ideologi kami oap",beber olop.
Selain itu, Olop (Mahasiswa Unipa) ini menambahkan, " jika tidak
ada pemerataan dana otsus di bidang pendidkan (pendidikan gratis) di tanah papua,
lebih baik putusan otsus bagi tanah papua dan kembalikan hak kami oap. Mengapa
sedemikan? saya katakan, otsus hanya di pergunakan pihak elit untuk
kepentingan pribadi",jelasnya.(Enaibo/KP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar